oleh

Bupati Malang Membuka Event Malang Coffee Ethnic

Bupati Malang, Dr. H. Rendra Kresna membuka secara resmi event Malang Coffee Ethnic yang berlangsung di halaman Kantor KUD Karangploso, Kecamatan Karangploso, Selasa (2/10) pagi, sekaligus menyampaikan selamat dan mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan bertemakan Merajut Kopi Nusantara Bersama Batik Indonesia.

”Saya mengapresiasi atas digelarnya Malang Coffee Ethnic dan mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut serta mensukseskan acara ini. Tentunya, kegiatan ini sangat mendukung upaya kita bersama dalam menggelorakan semangat memajukan pertanian kopi di Kabupaten Malang. Semoga petani kopi akan kembali senang menanam tanaman kopi dan tidak sampai beralih tanam tanaman lainnya,” ucap bupati Malang.

Kegiatan ini sejatinya berlangsung serentak ditujuh kota se Jawa dan Sumatera, bertepatan turut menyemarakkan Hari Batik Nasional yang jatuh tepat 2 Oktober, untuk di Malang digelar oleh KUD Karangploso bersama komunitas kopi nusantara East Secxion yang didukung penuh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang. Sedangkan, enam kota lainnya adalah Jogjakarta, Ijen Banyuwangi, Jakarta, Jepara, Bandung dan Lampung.

Di Malang Coffee Ethnic menyuguhkan pameran olahan kopi, gelar workshop kopi, workshop batik, dan packaging. Tenan kopi yang ambil bagian berasal dari sejumlah kota seperti Malang Raya dan kota/kabupaten tetangga. Misalnya, HOC Barista Id asal Surabaya menampilkan kopi Malang hasil pertanian di lereng Semeru, Gunung Kawi dan Arjuno yang sempat dipamerkan pada event di Paris Perancis. Berbeda dengab Goesto Coffe dari Sepanjang Surabaya menampilkan pengolahan kopi Malang dengan racikan ala Turki yang dilengkapi rempah-rempahan, madu, jinten hitam. Olahan kopi ala Turki merangsang otot dan saraf yang lemah keseluruh organ tubuh meningkatkan stamina, mengatasi sakit pinggang, encok dan reumatik.

Sementara, Hans Towo menampilkan kopi Ijen dari Banyuwangi dan robusta Argopuro Jember, Beruang Seduh dari Bondowoso menampilkan kopi arabica Ijen dan olahan cascara kopi yang rasanya sepeti teh dan rosela. Sedangkan, Sunrise Coffe Sidoarjo menampilkan kopi arabica robusta dan cascara yang siap minum Kopi Malang dari Lereng Bromo, Lereng Semeru, Sumbermanjing Wetan, dan Lereng Gunung Kawi.

Usai membuka kegiatan dan meninjau stand pameran kopi, Bupati Malang mengatakan, kebutuhan dunia terhadap kopi Indonesia sejatinya sangat tinggi. Salah satu contoh pengusaha ekspor kopi asal Dampit punya kuota 70 ribu ton, tetapi kopi dari Kabupaten Malang baru bisa memenuhi kuota 30 ribu an ton. Sisanya, kopi didatangkan dari daerah lain seperti dari Lampung, NTB dan Sulawesi. Karenanya, para petani kopi perlu disemangati bersama agar kembali senang menanam kopi karena dulu petani kopi Kabupaten Malang mampu memenuhi kuota kopi tersebut.

”Namun kemudian karena harga kopi yang dirasakan para petani tidak menarik dengan kejadian klasik saat panen raya justru harganya jatuh dan sebagainya, kemudian banyak petani beralih dengan bertanam tanaman lain. Kita bersyukur, mereka kini sudah kembali bersemangat menanam kembali tanaman kopi. Terlebih, penggemar kopi juga tumbuh berkembang dan warung kopi bertebaran di tingkat desa, kecamatan dan kota/kabupaten. Hal ini menjadi salah satu pintu masuk agar para petani kembali senang bertanam kopi,” terangnya kepada awak media didampingi Humas Protokol Setda Kabupaten Malang.

Pak Rendra menegaskan, Pemkab Malang juga harapkan sebetulnya adalah bertumbuh kembangnya industri rumahan yang bisa mengolah kopi. Jangan lagi, kata dia, kemudian masih rata-rata menjual kopi secara glondongan namun sudah packing olahan, baik untuk konsumsi rumah tangga hingga dijual ke luar provinsi dan sebagainya. Apalagi dalam perkembanganya, branch kopi Malang kini jumlahnya sudah banyak dan semakin dikenal masyarakat, seperti Amsptirdam, Bangelan, Kopi Merah dan Karlos.

Ditambahkan Bupati, Pemkab Malang akan terus mengasistensi, mendampingi dan memberikan bantuan peralatan kepada para petani. Kualitas kopi ditentukan tersedianya sinar matahari yang cukup saat panen tiba. Kalau saat panen terjadi musim hujan, yakin Pak Rendra, maka kualitas kopi akan ikut turun akibat proses pengeringanya kurang cukup sehingga kurang maksimal. Sehingga kopi menjadi hitam, bukan yang putih bersih kehijau-hijauan.

”Kita sudah membantu tetapi nilainya hanya sedikit karena keuangan Pemkab Malang terbatas. Kita berusaha meminta pemerintah pusat yakni alat pengering kopi. Dalam sejarahnya, Kabupaten Malang turut menjadi tempat awal tumbuh kembangnya jenis kopi yang dibawa Belanda di tahun 1800 an. Di Bangelan, yang ada di lereng Gunung Kawi, di Kecamatan Wonosari saja, awalnya saya sendiri mengira kopi itu hanya ada dua jenis kopi, arabica dan robusta, namun di Bangelan memiliki 141 jenis kopi. Jika penggemar kopi semakin banyak maka turut mendongkrak harga kopi yang bisa memakmurkan petani kopi Kabupaten Malang,” tutup Bupati. (Win/Red)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed