oleh

Geger…, Pembebasan Lahan Bandara Di Kediri 

Supanto, Korban plokoto pembebasan lahan bandara

Kediri, Detik Bhayangkara.com- Buntut dari pemberitaan edisi sebelumnya, terkait adanya oknum perangkat desa yang jadi makelar dan diduga mlokoto warganya, ibarat berubah jadi bola salju yang menggelinding liar dan akan menyapu pada siapa saja yang ikut main serta mengambil kesempatan mencari keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya.

Kemungkinan apapun akan terjadi disini, mengingat adanya permainan tingkat tinggi saat proses pembebasan lahannya, termasuk para oknum pejabat yang juga ikutan cari keuntungan pribadi nantinya akan berhadapan dengan penegak hukum termasuk Komisi Anti Rasua (KPK).

Salah satu korban adanya dugaan plokoto pembebasan lahan bandara adalah Supanto (59) yang akrap di sapa Kang Panta, warga Dusun Gebang Kerep, Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri Jawa Timur.

Kalau melihat langsung kondisi dan keadaan ekonomi Kang Panta, kita akan merasa kasihan dan iba serta terenyuh, karena rumahnya masih setengah jadi dengan tembok belum diplester, jendelanya saja belum ada daunnya dan ditutup sama seng seadanya serta pekerjaannya serabutan, sudah jatuh tapi masih kejatuhan tangga sampai dua kali.

Saat dimintai konfirmasi terkait permasalahannya, Kang Panta lagi kerja Ngelas di Desa Sumber Duren ikut orang, dia dengan gamblang menceritakan awal mula permasalahan yang sedang dihadapi saat ini.

Baca : Oknum Perangkat Desa Diduga Jadi Broker Tanah Bandara Dan Plokoto Warganya

” awal mulanya dulu, saat saya membawa Kipil tanah bersama pemilik tanah Suwadji (30) warga Dusun Tarokan Kecamatan Tarokan Kediri ke Broker untuk di jual. Dari pertemuan bertiga tersebut (Broker, Suwadji, Supanto) terjadi kesepakatan dan Broker langsung kasih Dp 25 juta, berjalan waktu karena sisa pembayaran belum di lunasi maka pihak broker membatalkan pembelian tanah tersebut, entah mengapa di lain waktu Broker ketemu Saya (Supanto) dan menanyakan masalah tanah Suwadji agar diteruskan apa tidak,..!!!,” ungkap kang Panta.

Kondisi rumah Supanta yang belum jadi

Ditambahkan kang Panta, begini saja tolong kipilnya segera diminta saya bayar dan diteruskan, terus saya minta dan di kasih ke broker. Pada saat itu ada perangkat Desa Setempat bernama Suradi (42) yang ikut gabung dibelakangnya. Setelah saya minta kipil tanah milik Suwadji, perangkat desa tersebut ikut team dan bilang,” Kang Panta aku melu yo.. ” (Kang Panta aku ikut ya.. Red),
Ini saya teruskan kamu di belakang saja, sing penting sama-sama di makan,” ujar Suradi waktu itu.

Setelah itu pembayaran pelunasan tanah milik Suwadji, sedangkan Fee belum cair, saya langsung ke Jogoboyo Suradi untuk meminta Fee, tapi sama jogoboyo di bilang kalau Fee dari pemilik tanah aku yang punya, awakmu mintao ke broker saja ucap Jogoboyo Suradi.

Masih menurut Kang Panta, sampai saat ini saya tidak dapat sama sekali Fee dari transaksi tersebut sedangkan dari Suwadji sudah keluar dan di bawa Jogoboyo semua, harusnya kalau kerja sama-sama ya dibagi dua orang, kalau tidak salah fee awal 7 juta ditambah 5 juta total 12 juta, tapi saya hanya di sangoni 300 ribu.

Menyangkut adanya perangkat lain yang juga mlokoto uang Fee dari hasil jual tanah untuk proyek Bandara dia menyebutkan bahwa oknum itu tetangga saya, dan sudah saya temuin tapi masih mbulet-mbulet (masih di pikirkan).

“kok aneh.. Lha kerja berdua dan dapat hasil kok di makan sendiri, saya tidak ikhlas sampai kapanpun sampai kiamat saya tidak ikhlas, saya ini orang tidak punya kok teganya perangkat Desa sama warganya.. Pokoknya kalau tidak segera di kasihkan hak saya maka akan saya laporkan, dan saya siap di ketemukan sama ke dua Perangkat Desa tersebut biar permasalahan ini segera selesai, “pungkasnya.

Sementara itu menurut Jogoboyo, Suradi saat dimintai konfirmasi mengatakan, bahwa permasalahan jual tanah itu melalui Panta terjadi sekitar 8 bulan yang lalu kaitannya harga borong, Panta itu setiap di ajak minta uang ke broker sudah di tempeli uang sendiri sama broker, ya 200, ya 100 itu sering, setelah lama tidak ada pelunasan, digantung oleh broker dan di DP 25 juta, terus Panta itu pertanggung jawabannya kan lama sampai 8 bulan, akhirnya ada kenaikan harga yang bukan sekarang ini, pihak yang punya tanah mintanya harga sekarang ini (harga naik) tapi maunya Panta masih tetap pakai sondingan harga yang dulu/harga borongan lama, karena tidak ada kecocokan maka sama yang punya tanah suruh bawa ke saya (Suradi) karena mengikuti harga sekarang ini, yang punya tanah saudara saya murni, Panta itu tanggung jawabnya harus pakai harga sekarang,” ujarnya, Jum’at (30/11/2018).

Saat ditanya apakah siap di konfrontir sama Panta, Suradi mengatakan siap (Bersambung), (Red)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *