oleh

Waspada Politik adu domba di Tahun 2019

Detik Bhayangkara.com, Boltim- Kemunculan Organisasi Masyarakat (ormas) Berbasis Kedaerahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur membuat masyarakat marah, dan merespon keras kedatangan ormas tersebut.

Pasalnya, ditanah milik leluhur bogani ini, ormas yang bertamu terbaca sebagai design politik yang  dimainkan oleh salah satu calon anggota DPR Republik Indonesia sebagai bagian dari instrument politiknya.

Hal ini sebagaimana disampaikan Wardoyo Elias, Warga Desa Inaton kemarin saat bersua dengan media Detik Bhayangkara. Menurutnya, Ormas yang barusan dideklarasikan ditanah leluhur indedou seharusnya hadir bukan dimomentum perpolitikan.

“Apapun yang dilakukan oleh politisi dimasa pemilu pasti terbaca sebagai bagian dari instrument politik. Strategi politik untuk kepentingan politik meraup keuntungan dan memenangkan pertarungan”. ucapnya, Minggu (24/2/2019).

Dia menjelaskan, bahaya dideklarasi-nya ormas kesukuan dibumi timur totabuan, bakal adanya gesekan horisontal antara masyarakat pribumi Boltim dan masyarakat ber-suku yang ada diBoltim.

“Warga Asli Boltim pastinya telah terbiasa hidup berdampingan. baik berdampingan antara suku yang satu dan yang lainnya atau hidup harmoni ditengah perbedaan,” ungkapnya.

Adat bolaang mongondow di Boltim kian hari kian memudar, bahkan potensi hilangnya adat Bolaang mongondow di Boltim bakal terjadi. Seharusnya, politisi yang berkeinginan laku terjual di Boltim sewajibnya membantu menjaga, merawat, dan membudayakan adat mongondow pinggir timur Bolmong ini. Bukan kemudian sengaja membesarkan salah satu adat milik suku tertentu ditanah Bogani ini. Sebab, jika kemudian masyarakat Boltim meresponnya secara negatif, pasti yang terjadi adalah benturan sesama warga yang berbeda suku yang ada di Boltim.

Bahkan hal yang tidak di inginkan bakal terjadi, dan jika terjadi, maka siapa yang bertanggung jawab”. Jelas dio sapaan akrabnya.

Dia menegaskan, strategi politik yang dimainkan seharusnya mempertimbangkan keumatan. “Yang paling penting dari politik adalah manusian. Merawatan dan menciptakan suasana kondusif, menjamin dan memaksimalkan kenyamanan ditatanan masyarakat sebaiknya bukan hanya dari masyarkat. Akan tetapi, juga datang dari politisi”. Tegasnya.

Hal serupa disampaikan Jamal Mamonto tokoh pemuda desa inaton. Dia menyarankan pola politik para politikus seyogyanya memupuk solidaritas masyarakat.

Adat sebagai kearifan lokal adalah wujud pemersatu, tapi apa yang terjadi jika warga Boltim  yang telah memiliki adat namun ada saja orang yang tegah membuat dikriminasi, atau akan menyampingkan adat asli milik tuan tanah. Kan kasihan.

“atau jika politisi sengaja memainkan adat sebagai senjata politiknya, yang terjadi pasti adalah perpecahan. Maka dari itu mari sama-sama kita tolak poltik adu domba, atau tolak politisi yang menunggangi adat sebagai narasi politiknya,” pungkasnya. (Fadly)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed