Detik Bhayangkara.com, Banyuwangi- Posisi geografis Indonesia yang terletak di antara 6º LU – 11º LS dan 95º BT – 141º BT, diantara Lautan Pasifik dan Lautan Hindi, antara benua Asia dan benua Australia, dan pada pertemuan dua rangkaian pergunungan, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterranean dan terletak di daerah tropis, serta dilalui garis katulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, dikelilingi oleh luasnya lautan, menyebabkan wilayah Indonesia memiliki keragaman cuaca dan iklim.
Keragaman iklim Indonesia dipengaruhi fenomena global seperti El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang bersumber dari wilayah Ekuator Pasifik Tengah dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang bersumber dari wilayah Samudera Hindia barat Sumatera hingga timur Afrika, keragaman iklim juga dipengaruhi oleh fenomena regional, seperti sirkulasi angin monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi suhu permukaan laut sekitar wilayah Indonesia.
Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang memiliki daerah pegunungan, berlembah, banyak pantai, merupakan topografi lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu. Berdasarkan hasil analisis data rata-rata 30 tahun terakhir (1981-2010), secara klimatologis wilayah Indonesia memiliki 407 pola iklim, dimana 342 pola merupakan Zona Musim (ZOM) terdapat perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan musim kemarau, sedangkan 65 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya memiliki 2 kali maksimum curah hujan dalam setahun (pola Ekuatorial) atau daerah dimana sepanjang tahun curah hujannya selalu tinggi atau rendah.
Puncak musim penghujan yang jatuh pada bulan Desember – Maret memiliki potensi bancana seperti banjir, tanah longsor, angin kencang dan gelombang tinggi. Karena pada bulan-bulan tersebut intensitas hujan dan pergerakan angin lebih fluktuatif sehingga perlu kewaspadaan diri dalam mencegah dan mengantisipasi potensi bencana atau musibah tersebut.
Oleh karena itu sebegai Unit Pelaksana Teknis (UPT) sebagai perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar selalu memberikan informasi terupdate bagi masyarakat pesisir khususnya nelayan di muncar terkait prakiraan cuaca dan iklim harian, “ucap Kepala UPT. PPP Muncar, Kartono Umar .
Masih menurut Kartono Umar, bahwa UPT. PPP Muncar sudah mempunyai monitor display prakiraan cuaca dan iklim harian sehingga kami dengan mudah mengetahui kondisi terupdate dan bisa menyebarkan informasi tersebut kepada nelayan.
” Selain itu terdapat juga menara sirine peringatan tsunami bahwa pada setiap tanggal 25 akhir bulan sirine akan berbunyi sebagai latihan kewaspadaan,” pungkasnya. (UPT PPP Muncar)/(Rudi’08)
Komentar