oleh

Warga Desa Jatirejo Banyakan Kediri Bergejolak, Puluhan Banner Bertebaran Di Jalan

Detik Bhayangkara.com, Kediri Raya-  Sudah hampir empat hari ini masyarakat Dusun Jatirejo Desa Jatirejo Kecamatan Banyaan Kabupaten Kediri resah, pasalnya tanah yang mereka miliki akan di bebaskan sebagai lahan terdampak pembangunan Bandara Kediri dengan harga yang tidak cocok dan terlalu murah. Untuk mencurahkan kekecewaannya puluhan Banner dengan berbagai macam tulisan dipasang bertebaran di sepanjang jalan.

Untuk  menjaga kerahasiaan identitas nara sumber,  semua warga yang di mintai konfirmasi awak media ini  meminta agar namanya jangan di publikasikan.

Menurut DN (54)(inisial, red) warga Dusun Jatirejo, Desa Jatirejo Kecamatan Banyaan Kediri, minggu (9/3/2019) menjelaskan, bahwa masyarakat disini sudah hampir empat hari ini resah dan gelisah serta was-was, karena tanahnya tempat mengais rejeki untuk hidup akan di bebaskan dengan harga yang tidak sesuai dan terlalu murah.

” Kami warga bersama kelompok tani minta harga yang tidak merugikan masyarakat, petani minta tanahnya di hargai 3 juta per meternya,  sedangkan pihak pembebasan hanya menawar 350 ribu per meter untuk tanah pereng dan 500 ribu untuk tanah sawah, padahal tanah di sini sangat subur dan merupakan lahan satu-satunya yang tersisa dan akan di pakai untuk menyambung hidup,” ucapnya.

Ditambahkan DN, Pada prinsipnya warga semua mendukung proyek Bandara tapi minta agar harga yang wajar.

Hal serupa di ucapkan oleh NN (40) (inisial, red)  warga Dusun Jatirejo Desa Jatirejo Kecamatan Banyaan Kediri, minggu (9/3/2019) mengatakan, warga selalu mendukung rencana pembangunan Bandara Kediri tapi tanah kami juga di hargai dengan wajar soalnya juga banyak calo yang ikut berkeliaran dan mencari keuntungan sendiri. Masih menurut NN, dulu banyak pegawai dari team pembebasan yang sudah di keluarkan/diberhentikan karena mempermainkan harga sambil menunjuk ke sebuah  rumah/Kantor tempat pekerja dari team pembebasan bekerja.

” Warga tetap akan melepaskan tanahnya dengan harga 3 juta per meter, karena selain itu tanah ini merupakan sawah terakhir yang mereka miliki, “ujarnya.

Ditempat terpisah IS (36) (inisial, red)  yang merupakan tokoh masyarakat Desa setempat, minggu (9/3/2019) mengatakan, seharusnya kalau ini proyek negara sebaiknya diselesaikan secara arip dan bijaksana, negara melindungi segenap bangsa dan tumpah darah indonesia, pada saat  rapat kapan hari semua warga minta 3 juta per meter, warga mendukung proyek ini tapi hendaklah dengan harga yang wajar. Saat pertemuan di rumah makan Pentul saya tidak diundang sedang yang datang dari Pemda Kabupaten Kediri dan beberapa orang dari yang mengaku kelompok tani,  sayangnya warga tidak respek dengan kelompok tani yang datang tersebut.

Masih menurut IS (36), bahwa sejak awal saat pertama sosialisasi di balai Desa Jatirejo yang dihadiri oleh Team pembebasan dan pihak Pemda, Kelompok tani maupun warga sudah mengajukan harga 3 juta per meter. Sebagai masyarakat saya ya ikut warga yang kalau mau melepas dengan harga yang wajar dan juga saya siap memfasilitasi antara masyarakat sama team pembebasan biar nego sendiri.

” Memang beberapa minggu yang lalu pihak Pemda katanya akan mengadakan sosialisasi Door to Door dengan semua warga, tapi sudah sekitar 3 minggu berlalu kenyataannya tidak ada  dan warga kecewa. Semua warga sudah kumpul di Balai Desa Jatirejo mulai jam 13.00 wib, tapi setelah di tunggu sampai jam 16.30 wib tidak datang juga sehingga masyarakat kecewa, “pungkasnya. (Rs’08)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed