Detik bhayangkara.com, Yogyakarta- Dalam Panca Gatra ketahanan bangsa, hal hal yang menjadi kekuatan di saat yang sama bisa juga menjadi kelemahan antara lain masalah ekonomi sosial dan budaya.
Banyak pengalaman bangsa Hancur bukan karena serangan senjata dari negara lain, tetapi hancur dari dalam, baik karena faktor ekonomi, Ketahanan sosial maupun Ketahanan budaya.
Hal ini disampaikan Drs. Syarmadani, M.Si, Direktur Ketahanan Ekonomi Ditjen Polpum Kemendagri pada pembukaan forum yang digelar Direktorat ketahanan seni dan budaya, bertajuk pemantapan ketahanan seni dan budaya di Hotel boutique Yogyakarta, Kamis (21/3/2019), dengan Peserta berjumlah 90 orang yang terdiri dari Kaban kesbangpol se Yogyakarta, Kepala Dinas Kebudayaan, mahasiswa yang berasal dari 28 asrama provinsi di Yogyakarta, budayawan dan ormas bidang kebudayaan.
Kasubdit Ketahanan Seni dan Budaya, Elly Yuniarti menyampaikan, maksud dan tujuan kegiatan ini antara lain untuk membangun persamaan persepsi, meningkatkan pemahaman Pemerintah Daerah serta generasi muda tentang peran tugas dan fungsi dalam merestorasi nilai nilai kearifan lokal yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta cipta kondisi memasuki pemilihan umum serentak 2019.
Syarmadani menceritakan Perjalanan Uni Soviet sebagai satu satunya blok yang bisa menahan blok barat, bahkan ketika tinggal Rusia pun Amerika masih berfikir untuk berhadapan tapi bisa hancur runtuh.
Selanjutnya Yugoslavia negara yang bersama Indonesia, bisa menjadi penengah di perang dingin dengan gerakan non blok nya juga tinggal sejarah begitu pula di Indonesia Timor Timor lepas karena kita memandang remeh sisi kebudayaan, segi Ketahanan sosial dan tidak peduli dengan Ketahanan ekonomi yang kadang kadang menjadi anti klimaks bagi ketahanan bangsa.
Syarmadani menambahkan, bahwa Seni budaya bukan sekedar komoditas pertunjukan yang bernilai ekonomi.
“ternyata seni budaya tidak sekedar itu, bersatunya bangsa ini karena budaya. Jangan sampai terjadi disintegrasi bangsa karena kita tidak peduli dan tidak memberikan tempat yang pantas bagi seni budaya karena hanya bangga pada seni pertunjukan. Seni budaya bagus nilainya tinggi Jangan kita batasi hanya sebagai seni pertunjukan saja. Seni budaya adalah sebuah kekuatan bukan sekedar kekayaan bangsa tapi juga mengangkat harkat martabat bangsa jauh lebih tinggi,” tegas Syarmadani
Ada Kekhawatiran tergerusnya budaya bisa jadi cikal bakal bahwa kita sudah tidak semakin peduli. Kita harapkan Menjadi sebuah kepedulian bersama dan apa yang kita harapkan bisa terjaga dengan baik.
Ditjen Polpum Kemendagri bekerjasama dengan Sindikasi Pemilu Demokrasi telah melakukan Riset Opini Publik Nasional 2019, tentang Sosial dan Kemasyarakatan, salah satunya yang disurvey adalah tentang Pelestarian Budaya. Survey dilakukan pada 9 Januari s.d 5 Februari 2019 terhadap 1200 sampel responden.
Responden dimintakan tanggapan terhadap 4 pernyataan dengan hasil sebagai berikut:
1. Anak muda banyak yang tidak bisa menggunakan bahasa asal daerahnya: sebanyak 48.83% menyatakan setuju dan 29.50% tidak setuju.
2. Anak muda semakin tidak peduli dengan budaya sendiri: sebanyak 58.50% menyatakan setuju dan 19.67% tidak setuju.
3. Perkembangan teknologi mempengaruhi kelestarian budaya bangsa: sebanyak 62.75% menyatakan setuju dan 13.58% tidak setuju.
4. Budaya asli Indonesia semakin luntur karena semakin maraknya budaya asing masuk ke Indonesia: sebanyak 65.00% menyatakan setuju dan 11.50% tidak setuju.
Syarmadani berpesan kepada peserta untuk tetap mendidik generasi muda dengan gaya kearifan lokal, jangan lepas, karena dengan kearifan lokal itulah Indonesia di bangun.
Di akhir sambutannya syarmadani menjelaskan, bahwa Seni budaya adalah kekuatan kita dalam menjaga integrasi bangsa.
“Berikan perhatian yang cukup karena Keberhasilan membangun bukan hanya pada pembangunan fisik semata seperti seberapa panjang jalan, jembatan dan seberapa tinggi gedung dan melupakan persatuan dan kesatuan bangsa,” pungkasnya. (agus surya)
Komentar