Detik Bhayangkara.com, Jombang– Pengurukan lahan di Dusun Plumpang Wetan, Desa Daditunggal, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang mendapat protes dari warga setempat. Pasalnya, pengurukan lahan yang diduga merupakan proyek pendirian pabrik kertas tersebut belum mengantongi izin dari pemerintah desa. Bahkan, sosialisasi yang dilakukan kepada warga sebelum pengurukan belum pernah ada.
Salah satu warga Dusun Plumpang Wetan, Umi Setiana mengatakan, kegiatan pengurukan tersebut sudah berlangsung sejak satu minggu terakhir. “Tidak pernah ada sosialisasi pengurukan ini untuk apa. Tiba-tiba ada alat berat dan armada truk bermuatan tanah uruk yang masuk,” katanya.
Sejumlah warga sempat dikumpulkan di salah satu rumah tokoh masyarakat, di sana warga dimintai tanda tangan.
“Ada yang tanda tangan, ada yang tidak. Tapi masalahnya lokasi bukan di balai desa, tapi di rumah salah satu tokoh masyarakat,” lanjutnya. Dalam acara itu juga tak semua aparatur pemerintah desa hadir. “Warga juga bertanya-tanya tanda tangan itu untuk apa,” lanjutnya.
Terkait pengurukan yang saat ini sedang berlangsung, Umi mengatakan telah merusak jalan lingkungan. Plat beton yang sebelumnya ada di atas jalan, sejak adanya pengurukan menjadi tak terlihat. Parahnya lagi, beberapa hari sebelumnya jalan lingkungan itu ditutup dengan material tanah uruk.
Warga yang protes langsung meminta pekerja membuka kembali jalan yang tertutup material tersebut. “Jalan ini menjadi satu-satunya akses anak sekolah dan warga tanpa harus melewati jalan raya di atas, karena ini yang paling aman,” ujar dia.
Selain itu, beroperasinya alat berat juga cukup membuat warga khawatir karena muncul getaran yang cukup besar. Getaran itu bahkan disebut warga lebih besar daripada proyek pemasangan sheet pile atau tiang beton penahan tanah yang pernah berlangsung di Jalan Raya Ploso-Tapen. “Getarannya terasa sampai dalam rumah,” tambahnya.
Karena kondisi ini, warga pun mendatangi lokasi proyek dan meminta pekerja menghentikan dulu kegiatan pengurukan lahan. “Sekarang sudah berhenti. Intinya warga minta ada sosialisasi dulu di balai desa, terutama kepada warga yang rumahnya paling dekat jaraknya seperti saya,” pungkas Umi.
Karena proyek berhenti sementara, pekerja langsung meninggalkan lokasi pengurukan lahan.
Pantauan awak media Jumat (5/4) sore, bangunan triplek yang menjadi base camp pekerja proyek di lokasi pengurukan dalam kondisi sepi dan terkunci. Hanya ada satu alat alat berat yang tergeletak di tengah lahan. Sementara di sisi utara, terdapat sebuah papan informasi yang menyebut aset tanah adalah milik PT Indonesia Royal Paper.
Terpisah, Kepala Desa Daditunggal, Ngairin membenarkan jika di lahan tersebut akan didirikan pabrik kertas. Namun meski sudah berlangsung pengurukan lahan, hingga saat ini pemerintah desa belum menerima pemberitahuan terkait pengurukan lahan sebagai tahapan pendirian pabrik. “Hanya permohonan izin mendirikan jembatan di atas sungai yang sudah masuk,” katanya.
Karena belum pernah ada pemberitahuan, pihaknya belum bisa mengumpulkan warga sekitar lokasi pengurukan lahan ke balai desa. “Kami sendiri juga masih menunggu pihak perusahaan menyampaikan pemberitahuan terkait pendirian pabrik. Termasuk juga mengenai jalan desa yang ikut terkena dampak. Tapi sampai sekarang belum ada yang datang,” pungkasnya. (*)
Komentar