oleh

Ritual Membakar Tongkang Mendongkrak Pariwisata di Pemkab. Rokan Hilir

Detik Bhayangkara.com, Kabupaten Rokan Hilir-   Ritual Bakar Tongkang, selain memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, juga mampu mendongkrak perekonomian masyarakat. 

Hal itu dikatakan Bupati Rokan Hilir H Suyatno bahwa, Bakar Tongkang adalah daya tarik wisata unggulan Provinsi Riau. Kehadirannya selalu ditunggu. Bahkan mampu mendatangkan puluhan ribu wisatawan setiap tahunnya. 

“Bakar Tongkang sangat fenomenal. Sangat unik. Dengan beragam atraksi yang ditampilkan. Selain itu kehadirannya juga mampu meningkatkan perekonomian Kota Bagansiapiapi. Karena event tersebut selalu menyedot ribuan wisatawan untuk datang. Ribuan warga mancanegara hadir di sini terutama etnis Tionghoa,” jelas Bupati Rohil H Suyatno kepada awak media, Selasa (18/6/2019).

Kondisi ini, imbuh Suyatno, terlihat dari ramainya Kota Bagansiapiapi menjelang ritual Bakar Tongkang. Klenteng Ing Hok King yang menjadi klenteng sentral, terlihat semarak dibandingkan biasanya. Pengunjung terus mengalir menyambangi klenteng untuk berdoa sambil membawa hio. Tenda besar terpasang. 

 

“Dari sejumlah pengakuan semua para pengusaha yang ada di Bagansiapaiapi. Mulai usaha rumah makan, warung kopi, tempat hiburan, tukang parkir, penarik becak motor maupun becak sepeda. Pemilik warung-warung kaki lima mengaku kepada saya banyak mendapatkan rezeki, memasuki waktu Bakar Tongkang,” ungkap Bupati. 

Selain itu kata orang nomor satu di Negeri Seribu Kubah ini, lahan lain yang kecipratan berkah dari event Bakar Tongkang adalah bisnis perhotelan atau penginapan. Semua kamar penuh. Semua terisi untuk durasi maksimal satu pekan, beberapa hari menjelang dan pasca Bakar Tongkang. 

“Jika dikalkulasikan perputaran uang di Bagansiapiapi selama acara ritual Bakar Tongkang ini bisa capai puluhan miliar, bahkan capai ratusan miliar,” ucapnya. 

Karena ini termasuk agenda pariwisata nasional, Pemerintah Kabupaten sebagai fasilitator hanya mencoba meningkatkan gairah ekonomi rakyat pada event ini agar semua merasakan kehadiran pemerintah daerah. 

“Alhamdulillah setiap event ini diadakan saudara kita etnis Tionghoa selalu melakukan beberapa kegiatan bakti sosial yang notabene penerimanya masyarakat pribumi. Kita ambil hikmahnya dari kegiatan tersebut karena tidak semua kita bisa selalu hadir di tengah masyarakat. Ada beberapa kegiatan infrastruktur, bangunan seperti puskesmas bernilai milioaran rupiah mereka bantu tanpa kita minta untuk masyarakat banyak. Juga rencana pembangunan Masjid megah Chengho di Bagansiapiapi oleh pengusaha dari etnis Tionghoa. Ini bentuk kekompakan dari saudara kita etnis Tionghoa yang harus kita acungi jempol,” tutur Suyatno lagi.

Ditambahkannya, dengan meningkatnya perekonomian warga, kata Suyatno, di sinilah fungsi pariwisata. Pariwisata terbukti menjadi cara cepat mendongkrak perekonomian. Tahun lalu 52 ribu wisatawan yang datang ke Bakar Tongkang. 

“Bayangkan berapa besar perputaran uang yang ada di Bagansiapiapi selama Bakar Tongkang berlangsung. Semoga besok puncak Bakar Tongkang berjalan sukses,” pungkasnya.

Sejarah Ritual Bakar Tongkang

Bermula dari tuntutan kwalitas hidup yang lebih baik, sekelompok orang Tionghoa dari Provinsi Fujian-China merantau menyeberangi lautan dengan kapal kayu sederhana, namun dalam perjalanannya kehilangan arah, mereka berdoa dengan dewa Kie Ong Ya yang berada dikapal mereka, agar dapat kiranya menuntun mereka kedaratan.

Pada keheningan malam, mereka melihat ada cahaya samar-samar. Pikirnya, dimana ada api disitulah ada daratan.

Akhirnya mereka mengikuti arah cahaya tersebut, hingga tibalah mereka didaratan Bagansiapiapi (sekarang).

Mulai saat itu sekelompok orang Tionghoa dari provinsi Fujian-China bertahan hidup di bagansiapiapi, karena mereka merasakan menemukan daerah yang lebih baik. (Mama Mardiana)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed