Detik Bhayangkara.com, Bojonegoro – Salah satu masyarakat yang berada di perkotaan Bojonegoro yang masih menjaga tradisi dan adat istiadat warisan nenek moyang tersebut adalah masyarakat Kepatihan, Kabupaten Bojonegoro. Hal itu, bisa dilihat dengan masih dilaksanakannya Bersih Desa/Sedekah Bumi dengan acara tasyakuran dan digelarnya langen tayub, Jumat (19/7/2019).
Sebelum acara tayub di laksanakan, seperti biasa di adakan selamatan mulai siang hingga sore harinya dilaksanakan pagelaran tayub yang digelar di halaman Mitsubishi. Dalam gelar seni tayub tersebut tampil para waranggana yang semuanya berasal dari Bojonegoro yakni, Nyi Yasmi dan Nyi Ariyati.
Dengan di gelarnya acara tasyakuran langen Tayub di halaman Mitsubishi yang berada di belakang pos penjagaan lalulintas tersebut, dihadiri juga oleh Pj Lurah Kepatihan dan berikut seluruh para perangkat desa, Ketua RT, RW, tokoh masyarakat dan warga masyarakat Kepatihan khususnya.
Menurut Bu Ninin panggilan akrab Pj Lurah Kepatihan, dirinya mengatakan bahwa bersih desa atau sedekah bumi atau juga yang biasa disebut manganan, itu merupakan budaya khas masyarakat Kepatihan dan wujud syukur warga atas nikmat rejeki yang dilimpahkan Allah SWT kepada masyarakat Kepatihan.
“Bersih desa atau sedekah bumi ini adalah budaya masyarakat Kepatihan dan ini juga merupakan wujud syukur warga atas nikmat rejeki yang dilimpahkan Allah SWT kepada masyarakat Kepatihan,” ungkapnya.
Juga disampaikan terkait dana yang di gunakan dalam acara bersih desa, menurutnya dana tersebut dari dana alokasi umun yang di peruntukan menambah sarana dan prasarana kegiatan acara. Untuk yang acara bersih desa pada tahun lalu dana tersebut dari swadaya masyarakat sendiri.
“Dana acara ini, adalah dari alokasi umum yang di peruntukan sarana dan prasarana. Dan untuk acara yang tahun lalu adalah dana swadaya masyarakat khususnya kelurahan Kepatihan sendiri,” sambungnya.
Sementara menurut Sriono selaku kasi pemerintah kabupaten Bojonegoro yang kebetulan juga sebagai warga kelurahan Kepatihan, dirinya menambahkan bahwa untuk kegiatan acara bersih desa tersebut, tetap di adakan setiap tahun. Bahkan dirinya akan terus mengadakan acara tersebut setiap tahun walau tanpa ada bantuan dana dari manapun.
“Jika tidak ada dana darimanapun, kami akan mencarikan dana buat mengadakan acara bersih desa ini, karena ini adat khas masyarakat Kepatihan,” pungkasnya.
Dengan diadakan acara bersih desa tersebut disambut gembira oleh masyarakat, dan antusias masyarakat berbondong-bondong datang ke lokasi pagelaran tayub, baik yang tua, muda hingga anak-anak, tumplek bleg untuk mengikuti acara pagelaran tayub dalam acara bersih desa tersebut. (Ras)
Komentar