Detik Bhayangkara.com, Kediri Raya- Bola salju telah menggelinding liar di seentaro Kediri, kegiatan sholat malam yang diagungkan dan digembar-gemborkan oleh penguasa Kediri akhirnya banyak menuai kritikan, dan cemohan banyak kalangan.
Sangat disayangkan dan memalukan sekali pelaksanaan ibadah sholat malam yang seharusnya bisa membuat hati tenang dan jiwa tentram tapi di Kediri malah sebaliknya.
Kepala Desa (kades) di Kediri yang ketempatan pelaksanaan sholat malam harus memikir otak tujuh kali. Pasalnya, selain dia merasa dipaksa dari atas untuk mau ditempati sholat malam, Kades juga harus merogoh kocek pribadi sebesar 5 juta sampai 7 juta untuk biaya pelaksanaan sholat malam tersebut tergantung banyaknya peserta yang hadir.
Menurut SH (56) (inisial, red), Kades di barat sungai yang minta tidak di publikasikan namanya menuturkan, selasa (12/11/2019), dulu pada saat pelaksanaan sholat malam di desa saya menghabiskan dana sekitar 5 juta sampai 7 juta, itu tergantung banyaknya peserta, karena kita harus menyiapkan konsumsi lengkap untuk pesertanya.
”Sedangkan untuk Ketua dan kru nya harus disediakan makan prasmanan, coba banyangkan uang sebanyak itu untuk sholat malam saja, terus kita ngambil dari mana,” ucapnya.
Tambah SH, jika saat pelaksanaan sholat yang datang sedikit, maka harus di ulang di Desa lainnya dalam satu Kecamatan.
”Aneh tapi nyata yang namanya ibadah kok malah bikin kita takut, kan seharusnya kita tambah tentram dan damai,” tuturnya.
Untung saja untuk biaya pemasangan terop dan sound sistem sudah dibebankan pada UPTD setempat, coba bayangkan kalau tidak maka kita akan tambah babak belur khan ???.
Gonjang ganjing sholat malam di kediri tambah booming saat rapat dengar pendapat (RDP) antara komisi A dengan Camat Se-kediri beberapa saat yang lalu, Drs. Masykur Lukman, M.Si, anggota Dewan dari fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) komis A mengatakan, bahwa kegiatan sholat malam itu sudah dianggarkan pada APBD setiap tahunnya sebesar 1.4 milyar tapi mengapa kok masih merengek-rengek minta sumbangan dan bantuan dari Kades yang ditempati, ini kan aneh.
”saya juga mempunyai bukti kwitansi penyerahan uang dari Kepala Desa. Yang saya herankan mengapa ya pelaksanaan ibadah sholat malam yang seyogyanya bisa membuat hati adem dan damai, kok malah bikin para kepala Desa pusing mikirkan anggarannya,” bebernya.
Selain Kades di barat sungai kini giliran perangkat desa di timur sungai mulai berani bernyanyi juga, saat awak media meminta konfirmasi terkait kegiatan sholat malam, selasa (12/11/2019), tiga perangkat Desa di wilayah Kecamatan Gampengrejo langsung menjawab bersamaan, “bahwa pelaksanaan sholat malam baginya dan Kadesnya merasa keberatan, dan macam alasan karena selain harus mempersiapkan segalanya termasuk peserta juga harus mikirkan biayanya, sebab Desa harus memberi konsumsi pada peserta sholat, selain itu tamu dan tim dari kabupaten harus di siapkan makan tersendiri dengan prasmanan, terus biayanya nanti siapa yang bayar.
” Pokoknya masyarakat keberatan jika semua kegiatan apapun yang membebani Desa tidak usah di laksanakan, hanya untuk sensasi belaka “pungkasnya. (Rs’08)
Komentar