Bhayangkara.com, Kediri Raya- Semenjak 21 desember 2019, masyarakat Dusun Bedrek Desa Ngrogol, dan sekitarnya bisa menghirup udara bebas dan merasa aman damai. Pasalnya,(20/12/2019) tim 9 yang di komandani oleh Sukadi, SE, MM, yang juga menjabat Kabag Hukum Pemda Kediri, sudah bubar.
Sebelum bubarnya Tim 9, banyak selebaran himbauan dari Camat Ngrogol, yang isinya minta kepada masyarakat yang belum menyerahkan rumah lahannya segera mendatangi SKB.
Anehnya, sejak bubarnya tim 9, sudah tidak ada lagi “pemerkosaan Mental” terhadap masyarakat setempat.
Menurut Yoni yang akrap disapa Yon Madu dan semua warga mengatakan pada awak media, kamis sore (26/12/2019), bahwa semenjak tanggal 21/12/2019, warga Bedrek sudah bisa hidup tenang, bisa menghirup udara lega dan bisa beraktifitas seperti dulunya.
”Ya allah mas…dulu pada saat tim 9 ada, kira-kira selama empat bulanan, warga selalu dapat tekanan, paksaan dan teror yang luar biasa agar mau melepaskan rumah dan tanahnya ke Pemda,” ucapnya.
Itu Pak Sukadi dan centengnya hampir setiap hari datang ke rumah warga dan “mendodok pintu” untuk minta segera menjual ke Pemda, warga ditakut-takuti dengan ancaman hukuman pidana.
”Pak sukadi juga bilang, kalau ada yang membeli tanah diatas yang di tentukan oleh Pemda akan dipenjara,” ujarnya.
Masyarakat itu mendukung proyek bandara tapi jangan maksa menjual rumahnya dengan harga yang rendah, coba bayangkan, tahun 2017 saat pembebasan di lakukan oleh Gudang Garam, harga tanah 15,4 juta per Ru, rumah 4 juta per meter, tapi setelah di laksanakan oleh Pemda dan Tim 9, harga tanah kok malah rendah, jadi 10,5 juta per Ru sedangkan harga rumah jadi 2,3 juta sampai 3 juta per meter, terus selisihnya uang itu kemana.
”Siapa yang bawa uangnya.. “Itu harus diusut sampai akar-akarnya”…!! , masak masyarakat kecil malah digencet dan di peras,” jelasnya yang diamini oleh warga.
Ditempat berbeda, Kendor dan Yunarno yang juga terdampak bandara mengatakan hal yang sama, Alhamdulillah mas, Ya Allah… semenjak kasus ” Perkosaan” dan intimidasi pada masyarakat di beritakan oleh media online dan cetak, orang-orang yang biasa menakuti masyarakat hilang semua, bubar tidak berbekas entah kemana, sudah nyungsep entah kemana, padahal sebelumnya setiap hari seliweran menakuti warga.
”Alhamdulillah.. sejak suratnya Gus Sur dan Mas Nugroho di kirimkan kepada Bapak Presiden Jokowi dengan tembusan ke Pak Kapolri, Komnas HAM, Pangdam, Kapolda, Propam Polda Jatim, Kapolres Kediri Kota, keadaan langsung berubah total, kan sudah kelihatan siapa yang main disitu,” ucapnya.
Yang saya herankan lagi, imbuhnya, Pemda memaksa ke warga menjual rumah dan tanah segera dengan harga di bawah Gudang Garam, padahal masyarakat terdampak itu jumlahnya ribuan KK, terus selisih uangnya yang jumlahnya sangat besar itu dibawa siapa? Siapa yang pegang? Ini harus dilacak dan diusut sampai aktor intelektualnya.
”Hukum jangan dibuat mainan dan alat untuk manakuti masyarakat kecil, hukum jangan tajam kebawah dan tumpul keatas,” tegasnya.
Tambah Kendor dan Yunarno, dulu saat Tim 9 dibawah kendali Sukadi berkuasa, hampir selama empat bulan semua masyarakat giliran ronda malam menjaga lingkungan, ” aneh tapi nyata ” hidup dinegara merdeka, warganya malah takut karena ditakuti oleh Kabag Hukum dan centengnya.
”Masyaallah…, mau jadi apa kediri ini kalau pejabatnya saja sukanya menakuti warga,” bebernya.
Yunarno juga menambahkan, Alhamdulillah, saya juga bisa lega.
”Alhamdulillah saya bisa lega, karena burung murai saya tidak masuk binatang yang dilindungi dan boleh ditangkarkan lagi, setelah datang ke BKSDA Banyaan,” tandas Yunarno. (Rs’08)
Komentar