Detik Bhayangkara.com, Kediri Raya – Patut diapresiasi dan didukung keinginan masyarakat sekitar lereng Kelud Kediri akan keberadaan waduk didaerahnya. Pasalnya sudah puluhan tahun disaat musim penghujan dan kemarau mereka selalu mengalami kesulitan dengan urusan air. Jika musim kamarau air susah diperoleh sedang saat musim penghujan susah membuangnya. Ide ini muncul saat beberapa tokoh warga dan masyarakat berkumpul diplosoklaten, selasa (10/11/2020).
Robi Wijanarko (43) salah satu tokoh warga Plosoklaten yang ikut pertemuan tersebut menceritakan pada awak media, saya ini dilahirkan di Plosoklaten, saya tahu persis permasalahan yang ada di Plosoklaten diantaranya, kalau pada saat musim hujan bingung buang air, artinya banjir di mana-mana tapi kalau musim kemarau bingung air, di situ saya mencari gambaran bawah perlu dibuatkan bendungan yang berskala besar artinya kalau kita nanti pada masa saat musim hujan bisa menampung air dan bisa mencegah banjir di sana sini.
“Terus yang kedua kalau pada saat musim kemarau air itu bisa dialihkan ke petani-petani. Dengan akan adanya bendungan itu nanti saya yakin efek lingkungan hidup yang selama ini daerah kaki gunung Kelud itu kering kerontang bisa menjadi hijau lagi, bisa untuk observasi lingkungan hidup bisa untuk pariwisata bahkan nantinya akan meningkatkan dan bertambahnya UMKM yang ada,” ucapnya.
“Dengan dibangunnya proyek bandara ibaratnya genderang hari ini dibunyikan. Kita harus menggali aspek sinergis antara pembangunan bandara dan pembuatan bendungan sebagai pusat pariwisata dan observasi serta memperbaiki lingkungan hidup,” paparnya.
Pria murah senyum tersebut menambahkan, Secara umum nanti kalau bandara Kediri dibangun, kita yakin orang yang terbang ke Kediri akan mampir ke tempat wisata yang ada di Kediri. Perekonomian akan tumbuh dan hidup yang akan berdampak langsung ke masyarakat Kediri. Selanjutnya Plosoklaten, disana itu tersimpan material yang luar biasa jumlahnya.
“Gunung Kelud meletus kita tidak tahu membawa apa dalam letusannya yang sekarang terpendam. Dengan adanya pembangunan bandara, jadi tata ruang yang akan dikerjakan jangan sampai seperti Jakarta, banyak membuat jalan-jalan buntu, “terangnya.
Mari, imbuhnya, kita semua ikut berpartisipasi jangan sampai mengambil material dari luar daerah, semuanya cukup dari kabupaten Kediri. Sudah jelas kita ketahui bahwa lereng Kelud itu selama ini dikuasai para pemegang hak guna usaha (HGU), ada dari Ngadirejo ada dari jengkol dan lainnya.
“Kita sebagai warga protes, hari ini mereka hanya mengekplorasi hasil bumi dimana-mana. Seharusnya lereng gunung itu kelihatan hijau, paru-paru kabupaten, paru-paru kota tapi nyatanya kering gersang kesuburan sangat minim. Saya yakin, saya tadi inisiatif kenapa kita buat Bendungan..??.Dengan adanya bendungan sebagai penyimpan air, saya yakin hutan lindung hutan hutan penghijauan itu akan bisa dilaksanakan di sana-sini,” katanya.
Masih menurutnya, saya melihat mulai Polsek Plosoklaten ke timur terus kita jalan ke selatan sebelah timur. Berapa meter itu banyak sumber air di baratnya jalan air sangat melimpah. Kenapa di atas sangat kering kerontang dan lingkungan hidup semakin lama hutan lindung pun semakin berkurang, kerusakan hutan di mana-mana. Lha sambil membangun sambil didoakan oleh orang satu kabupaten Kediri apa nggak bisa jadi. selama ini yang diketahui di lereng Kelud itu ancur-ancuran dan kering. Tanaman hanya tebu yang sebenarnya kan nggak cocok di situ.
“Makanya kita sama-sama memikirkan tata ruang Kabupaten Kediri. Plosoklaten sebagai surganya pariwisata kalau itu potensi digali jangan sampai terabaikan di sisi barat ada bandara sedang di sisi timur ada pariwisata itu yang kita inginkan seperti itu. Transportasi ada berkembang travel ada berkembang, UMKM di situ juga gudangnya pembudidaya koi ada juga industri bekicot,” terangnya semangat.
Saat ditanya daerah mana yang cocok dibuat bendungan, Roby yang sehariannya sebagai petani ikan Coy dan mujahir menjelaskan, titiknya di desa plosokidul didaerah barat itu sangat potensi karena di situ banyak sekali sumber-sumber air. Itu ke arah timur dan kalau kita lihat tata ruang ya di situ jalan raya menuju Blitar jadi akses. Kita semua tahu bahwa di situ sudah lebih dari puluhan tahun dikuasai dan dikelola oleh pemegang HGU yang selama ini tidak memikirkan lingkungan hidup, “bebernya.
Harapan dari dibangunya waduk tanpa kita melihat apapun secara politik, kita sebagai warga Kabupaten Kediri punya pemikiran yakni ingin mengangkat taraf hidup, jadi taraf hidup warga Kabupaten Kediri bisa terangkat kalau ini sudah dibuka bandara dan sebelah timur itu nanti dibuka pariwisata yang pastinya akan bisa menyedot para wisatawan untuk berkunjung,” pungkasnya. (RS’08)
Komentar