Detik Bhayangkara.com, Koltim – Kegiatan Mosehe Wonua adalah merupakan ritual yang sangat Sakral yang dilakukan dengan mengorbankan seekor korbau putih, sebagai maksud untuk mensucikan Negeri.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Bokeo Raja Mekongga Drs Haerun Dahlan, M.Si, Bupati Kolaka timur (koltim) Hj. Andi Merya Nur, SIP , Sekda Andi Muh Iqbal Tongasa, SSTP, Ketua PKK Hj. Diana Massi, SP Ketua DPRD koltim Rahmatia Lukman, Kapolres AKBP Saiful Mustofa, SIK serta jajarannya, Kamis (8/04/2021).
Dalam sambutannya Bupati Kolaka Timur, Hj. Andi Merya Nur, SIP mengatakan, kegiatan mosehe wonua ini merupakan persetujuan dari almarhum Bupati Koltim, almarhum Samsul Bahri Madjid. Dimana panggung ini sudah berdiri dan almarhum telah merestuinya.
Mosehe Wonua (pensucian negeri) ritual Mosehe Wonua sejak dahulu telah dilakukan mulai dari Raja Larumbalanga sampai pada Raja Teporambe (sangia nilulo).
Prosesi Mosehe Wonua merupakan tradisi masyarakat mekongga yang telah turun temurun.
Masyarakat Mekongga tidak bisa terlepas dari Kabupaten Koltim. Dan jika diperkenankan kami akan berziarah ke makam sangiani bandera.
Kami berharap dan minta dukungan dari segenap masyarakat Koltim, stackholder agar kegiatan ini bisa diadakan setiap tahunnya di Koltim guna menghargai adat di Koltim.
Hal ini bertujuan untuk mensucikan diri dan mensucikan Wonua dari segala bala, malah petaka, wabah penyakit dan pertikaian antara sesame masyarakat.
Menyadari akan hal tersebut maka dipandang perlu untuk melakukan kegiatan Mosehe guna kembali merujuk tali silaturahmi dan menata kehidupan masyarakat untuk saling bahu membahu bekerja sama dan menghindari segala bentuk pertikain, permasalahan, untuk saling bergotong royong membangun Wonua menuju kehidupan yang bermartabat, rukun, damai, saling menghargai dalam ridho dan lindungan Allah SWT.
Lanjut Merya, Sebagai pemerintah Kabupaten Kolaka Timur mengapresiasi dan memberi penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua panitia dan masyarakat, atas terselenggaranya Mosehe Wonua pada hari ini, mudah-mudahan Kabupaten Kolaka Timur setelah acara ini dilakukan, Daerah kita dapat menjadi Wonua Morini “Hende Pu’u Mbundi (bagai pohon pisang) dan Monapa (hangat) Hende Pu’undawaro (bagai pohon sagu).
Dalam kesempatan tersebut pula Kapolres Kolaka, AKBP Saiful Mustofa, mengimbau bahwa, saat ini Koltim masuk dalam zona hijau. Pencegahan tetap berjalan baik dan tetap dipertahankan dengan baik pula, tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker.
Asdar Bundu sebagai ketua panitia menjelaskan, secara detail tentang sejarah serta maksud dan tujuan diadakannya kegiatan ritual Mosehe tersebut.
“Wonua Mekongga merupakan kesatuan masyarakat suku adat tolaki yang mendiami wilayah meliputi Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara dan Kabupaten Kolaka Timur,” ucapnya.
Setelah 53 tahun berada dalam administrasi wilayah Kabupaten Kolaka, maka (23 April 2012) lalu resmi terbentuk.
Salah satu kewajiban pemerintah adalah melindungi hak masyarakat adat dalam upaya melestarikan budaya kearifan lokal sebagai salah satu aset kekayaan bangsa yang memperkuat ketahanan nasional dalam kehidupan berbangsa.
Dalam masyarakat suku Tolaki baik yang mendiami wilayah Mekongga maupun wilayah Konawe, Mosehe Wonua adalah salah satu budaya yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya.
Dikatakan, sejak terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur sampai saat ini Mosehe Wonua belum terlaksana sehingga dipandang penting dalam rangka menyambut hari ulang tahun ke-8 maka organisasi tamalaki Wonua Mekongga dengan dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka Timur melaksanakan kegiatan Mosehe Wonua yang bertujuan kiranya dengan kegiatan tersebut seluruh masyarakat Tolaki mekongga beserta rumpun kerabat keluarga lainnya dapat bersama-sama berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar senantiasa diberikan limpahan berkah kebaikan dan dijauhkan dari segala bencana.
Selalu dikuatkan dengan jalaninan tali silahturahmi sebagai kesatuan masyarakat Kolaka Timur. Bahwa untuk meningkatkan peran pemuda dalam masyarakat suku Tolaki Mekongga, dalam menjaga dan melindungi hak-hak dari masyarakat adat di wilayah kesatuan hukum adat Mekongga maka telah dibentuk organisasi Tamalaki Wonua Mekongga, (11 Juni 2020).
Organisasi ini dibentuk tentunya bukan untuk berseberangan dengan pemerintah daerah baik itu pemda Kolaka, Kolut dan Koltim. Akan tetapi organisasi dibentuk sebagai mitra pemerintah dalam menjaga dan melindungi hak-hak masyarakat adat sebagai dimaksud dalam UUD 1945 tentang penghormatan negara terhadap masyarakat adat.
”Dalam upaya membangun dan menguatkan hal tersebut maka organisasi Tamalaki Mekongga mengadakan Mosehu Wonua bekerjasama dengan Pemda Koltim. Saat itu kami sering berkoordinasi dengan almarhum Bupati Koltim bapak Samsul Bahri Madjid,” jelasnya.
Proses Mosehe Wonua sebagai upaya kongkrit peran aktif pemuda suku Tolaki Mekongga dalam melestarikan kearifan budaya lokal sebagaimana visi Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka Timur yakni sejahtera bersama masyarakat yang agamis Mandiri maju dan berkadilan (AMMAN).
Adapun maksud dan tujuan diselenggarakannya Mosehe Wonua adalah dalam rangka menyambut hari ulang tahun Kabupaten Kolaka Timur yang kedelapan tujuannya Tujuan dilaksanakan antara lain Meningkatkan semangat persatuan dan kesatuan masyarakat suku Tolaki mekongga dan rumpun kerabat keluarga lainnya dalam mendukung pemerintah daerah melaksanakan pembangunan di Kabupaten Kolaka Timur.
Meningkatkan silaturahim antar pemuda dalam masyarakat suku Tolaki mekongga dalam usaha menjaga serta melindungi hak-hak masyarakat di wilayah kesatuan adat mekongga mengembangkan kepemimpinan dalam kemampuan pengelolaan manajemen organisasi dan kegiatannya dalam upaya pembangunan dan penguatan organisasi suku Tolaki Mekongga.
Tema dari kegiatan ini yaitu dengan kearifan budaya lokal kita perkokoh ketahanan nasional dalam kehidupan berbangsa untuk mewujudkan Kabupaten Kolaka Timur sejahtera bersama masyarakat yang agamis Mandiri maju dan berkah Dilan kegiatan-kegiatan dalam menyambut Hut ke-8 Kolaka Timur.
Prosesi Sakral ini ditandai dengan pemotongan kerbau putih. (Anto)
Komentar