Detik Bhayangkara.com, Bojonegoro – Berbicara terkait dampak pertambangan seakan tak akan pernah ada habisnya, apalagi bila ada dugaan rekayasa terkait Izin Usaha Pertambangan yang dimiliki oleh pelaku pertambangan. Seperti yang kini dikeluhkan warga terkait keberadaan pertambangan di Desa Semlaran Kecamatan Malo.
“Desa Semlaran memiliki potensi wisata religi, namun sayangnya semenjak adanya pertambangan jenis tanah uruk, warga tiap hari disuguhkan dengan debu yang beterbangan akibat truk yang memuat tanah uruk tanpa ditutupi terpal,” keluh warga kepada awak media ini, Kamis (23/12/2021).
Menurutnya, saat situasi pandemi ini, akibat debu yang beterbangan bisa menyebabkan batuk, sehingga warga khawatir bila nanti periksa ke dokter di klaim terserang virus covid-19.
“Belum lagi tanah yang tercecer di jalan, menyebabkan jalan menjadi licin apabila tersiram air hujan,” ungkap warga yang meminta namanya tidak dimunculkan karena faktor keamanan.
Pengguna jalan, imbuhnya, resah dengan kondisi jalan seperti sekarang ini.
“Dampak sosial yang menonjol adalah rusaknya jalan, mohon pemerintah dan aparat penegak hukum bisa turun ke Desa Semlaran, haruskah ada korban dulu baru pemerintah maupun aparat penegak hukum turun ke desa kami,” ucap warga.
Kepala Desa Semlaran, Nurul Fanta saat dihubungi awak media terkait keluhan warga, hanya menjawab jih (Iya, arti Red).
“Jih,” jawab Nurul Fanta singkat. (tim)









