Detik Bhayangkara.com. Batam – Krisis sampah yang melanda Kota Batam kini mencapai titik nadir. Warga kembali dibuat geram dengan pemandangan melakukan di kawasan Batuaji, di mana halaman sebuah minimarket Alfamart Cipta Sarana telah berubah menjadi bukit sampah yang menjulang, mencerminkan kelumpuhan total pengelolaan limbah di kota industri ini
Sejak awal tahun, tumpukan sampah di berbagai sudut Batam semakin tak terkendali. Meski berulang kali dijanjikan solusi konkret oleh pemerintah Kota Batam ( Pemkot Batam), kenyataanya, sampah justru terus menggunung tanpa tanda – tanda penanganan yang serius.
“Ini bukan lagi soal ketidaknyamanan, ini sudah darurat kesehatan! Kami bayar retribusi sampah, tapi lihat sendiri, halaman minimarket harusnya bersih malah disulap jadi tempat pembuangan liar,” ujar Nita warga Perumahan Cipta Sarana dengan nada kesal.
Banyak pihak menilai, Pemko Batam telah gagal total dalam menjalankan tanggung jawabnya. Tidak hanya buruk dalam pengelolaan sampah domestik, tetapi juga dinilai lamban merespons keluhan masyarakat. Parahnya, lokasi – lokasi strategis yang seharusnya bersih dan nyaman untuk aktivitas ekonomi justru menjadi cermin kelalaian penguasa daerah.
Aktivitas Lingkungan dari Gerakan Peduli Batam ( GPB), Andi Fratama, menegaskan bahwa ini adalah buah dari sistem pengelolaan sampah yang amburadul.
“Krisis ini sudah berlarut- larut, dam Pemko Batam hanya pandai melempar janji. Tidak ada pengelolaan terpadu, tidak ada pengawasan ketat, sehingga titik- titik pembuangan liar semakin menjamur,” tegas Andi.
Pihak Alfamart sendiri angkat bicara, menyayangkan kondisi yang mencoreng citra usaha mereka. “Kami sudah berapa kali melaporkan ke pihak terkait, tetapi tidak ada tindakan nyata. Kami merasa dirugikan, baik secara bisnis maupun estetika,” ujar salah satu pengelola minimarket tersebut.
Masyarakat pun mulai kehilangan kepercayaan terhadap janji -janji pemerintah Kota. Bahkan, muncul seruan di media sosial untuk melakukan aksi protes jika dalam waktu dekat tidak ada langkah nyata yang diambil Pemko Batam.
Krisis ini menjadi pengingat pahit bahwa pengelolaan kota tidak hanya soal pembangunan fisik semata, tetapi juga tanggung jawab ekologis yang Jika Pemko Batam tidak segera berbenah, maka bukan hanya reputasi kota yang tercoreng, tetapi juga kualitas hidup warganya yang terus terpuruk dalam kubangan, (Yanto Gultom)
Komentar