Pada (1 Januari 1959) Akademi tersebut diubah menjadi Fakultas Tarbiyah Wat-Ta’lim Universitas Nahdlatul Ulama (UNU).
Dalam sambutan seminar nasional (Mubahasah Ahlusunnah Wal Jama’ah) yang diadakan oleh Universitas tersebut, 9-15 April 1961, Menteri Agama Prof. KH. Syaifuddin Zuhri (saat itu menjabat sebagai Sekjen PBNU) dihadapan para Ulama dan Cendikiawan UNU (Universitas Nahdlatul Ulama) menyampaikan sebuah “tantangan” kemungkinan dibukanya Fakultas Tarbiyah IAIN Malang sebagai cabang dari IAIN Yogjakarta.
Tepatnya 28 April 1961, dibukalah FAKULTAS TARBIYAH IAIN CABANG MALANG. Dalam pembukaan tersebut Prof. KH. Syaifuddin Zuhri sekalian menetapkan Prof. Dr. Mr. Moh. Koesnoe (saat itu Mr. Moh. Koesnoe) sebagai Dekan pertama Fak. Tarbiyah IAIN Malang.
Selang enam bulan, Mr. Moh. Koesnoe selaku Dekan fakultas tarbiyah IAIN di Malang menerima Piagam peresmian dari presiden IAIN Al-Djami’ah Prof. Mr. R.H.A. Soenaryo pada fakultas tersebut Tanggal 28 Oktober 1961 di surabaya.
Adapun penyelenggaraan perkuliahan, untuk sementara waktu dipercayakan kepada Fakultas Tarbiyah Wat Ta’lim UNU, dimana Dekan Fak. Tarbiyah Wat Ta’lim UNU (Prof. Dr. Mr. Moh. Koesnoe) merangkap menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Malang.
Sebagai imbalan jasa bagi segenap Civitas Akedemika, berdasarkan SK No. 16 tahun 1963, maka ijasah sarjana muda (BA, red) Fak. Tarbiyah Wat Ta’lim UNU diakui sederajat dengan ijasah Sarjana Muda IAIN. Seluruh tenaga personalia dari Fak. Tarbiyah Wat Ta’lim UNU yang memenuhi persyaratan, diangkat menjadi tenaga tetap Fak. Tarbiyah IAIN Malang.
Diantara mereka adalah Moh. Tamyis dan Patmi sebagai tenaga tata usaha, Drs. Ismail, Drs. H. Ahmad Mudlor dan Drs. Mudlor Ahmad sebagai asisten dosen dan pembantu tata usaha.
Guna menjamin stabilitas penyelenggaraan perkuliahan, maka pada tanggal 23 Agustus 1961 pimpinan Fak. Tarbiyah Malang mengajukan permohonan bantuan tenaga tetap dengan surat no. 0239/FTBW/K-P/VIII/61. Dari surat tersebut maka dosen tetap pertama yang ditugaskan ke Fak. Tarbiyah IAIN Malang adalah Drs. H. Abd. Mudjib dan Drs. Masfuk Zuhdi.
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 11 tahun 1961 dan No. 27 tahun 1963. Menteri Agama Prof. KH. Syaifuddin Zuhri menunjuk KH. Moh. Sholeh sebagai ketua dewan penyantun IAIN Sunan Ampel di Surabaya dengan SK No. 20 tahun 1965 dan sekaligus ditunjuk Prof. Ismail Ya’kub SH sebagai pejabat Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya. Sejak itu akhirnya Fak. Tarbiyah IAIN Malang berubah status menjadi Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang yang berinduk dengan Surabaya.
Karena banyaknya jumlah mahasiswa dari kedua fakultas tersebut baik IAIN maupun UNU, maka pada awal tahun 1965 semua kegiatan akademika dipindahkan ke kampus UNU yang sekarang kita kenal dengan Universitas Islam Malang (UNISMA) dan tapi sejak itu kegiatan ketatausahaan Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang dipisahkan dengan Fak. Tarbiyah Wat Ta’lim UNU.
Ketika Kampus Fak. Tarbiyah Wat Ta’lim UNU masih berada di Claket (sekarang SMA Shalahuddin, red), maka pada waktu itu Dekan Mr. Moh. Koesnoe ditugasi pemerintah untuk membeli sebidang tanah untuk dibangun sebuah kampus IAIN di wilayah Gajayana Malang, karena usaha untuk mencari lahan kampus IAIN di wilayah Blimbing sulit untuk diwujudkan, hal ini karena proses birokrasi pemerintah yang ada waktu itu terlalu (=sangat) ketat.
Diantara tenaga tata usaha pertama yang ditugaskan di IAIN Malang pada waktu itu ialah Wiyono, Dimyati, Sarwo, Suyuti, Zen Mierhan dan Masrur.
Berhubung banyaknya tugas yang harus diemban Dekan Mr. Moh. Koesnoe, diantaranya di Universitas Arlangga Surabaya beliau menjabat sebagai guru besar, di Malang sendiri beliau ditugasi merehabilitasi Universitas Kodya menjadi Universitas Brawijaya (UNIBRAW) yang kala itu masih berkampus di Jalan Ijen Malang.
Pada waktu itu oleh beliau jabatan Dekan Fak. Tarbiyah Wat Ta’lim UNNU diserahkan kepada Drs. Moh. Soedomo sedangkan jabatan Dekan Fak. Tarbiyah IAIN Malang dipercayakan kepada KH. Oesman Mansoer. Sejak itu maka berangsur-angsur perkuliahan kedua Fakultas Tarbiyah ini dipisahkan. Fak. Tarbiyah Wat Ta’lim UNNU tetap menempati kampusnya di Dinoyo dan pada tahun 1972 kegiatan perkuliahan Fak. Tarbiyah IAIN Malang dipindah ke kampus Gajayana.
Mahasiswa pertama Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang hampir semuanya adalah mahasiswa yang bertugas belajar dari guru-guru PGA se-Indonesia. Diantaranya pada waktu itu ialah Mathoti, Alwan, Masduqi, Fathulloh. Adapun yang ditugasi untuk menjadi panitia perploncoan (=OSPEK) adalah para mahasiswa senior dari Fakultas Tarbiyah Wat Ta’lim UNNU.
Dua tahun setelah Fak. Tarbiyah Malang dinyatakan “berdiri sendiri”, maka berturut-turut diangkat tenaga dosen tetap dari pemerintah untuk diperbantukan di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang. Diantara mereka adalah Drs. Ma’sum Umar, Drs. Zuhairini, Drs. Kasiram, Drs. Suhadak (alm), Drs. Zainuddin Muchied, Drs. Wahab Sutomo, Drs. Zaini, Drs. Imam Sujono (alm) dan Drs. Bukhori Saleh LAS (alm).

.Pada perkembangan selanjutnya, maka setelah tahun 1972, Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang mengangkat asisten dosen dari kalangan alumni sendiri. Diantaranya yaitu Drs. Moh. Anwar, Drs. M. Tadjab, Drs. Wiharno, Drs. Malik Fadjar, Drs. M. Ghofir dan Drs. Djumbransjah.
Pada tahun 1972, tiga orang dari IAIN Malang, Drs. Wiyono, Bukhori Saleh LAS dan Drs. H. Ahmad Mudlor yang menjadi tangan kanan Prof. Dr. Mr. Moh. Koesnoe pada masa beliau menjabat sebagai Dekan, menghidupkan kembali PESANTREN LUHUR yang 90% santrinya adalah para mahasiswa IAIN Malang. Dari Pesantren Luhur tersebut akhirnya mereka bertiga berhasil mendirikan sebuah Fakultas Hukum yang sekarang kita kenal dengan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Malang.
Eksistensi Fak. Tarbiyah Malang semakin hari semakin diperhitungkan oleh Masyarakat dan Negara. Hal ini terbukti dengan dipercayanya Fak. Tarbiyah IAIN Malang untuk membuka jurusan Tadris Matematika dan Inggris, disamping itu juga dipercaya untuk membuka program Diploma Dua (D-2). (*)
Komentar