Detik Bhayangkara.com, Batam – Ironis di tengah pesatnya pembangunan Kota Batam kembali terpampang nyata. Kawasan Batuaji lumpuh diterjang banjir akibat aktivitas cut and fill ilegal yang kian tak terbendung. Yang lebih memilukan, anak – anak tampak mandi dan bermain di genangan air bercampur lumpur — potret telanjang dari kegagalan pengawasan dan ketidakhadiran negara, (13/4/2025).
Aktivitas cut and fill sembarangan yang merusak kontur alam dan sistem drainase tidak hanya merampas ruang hidup warga, tapi juga mengancam keselamatan mereka. Namun, di tengah Kekacauan ini, ke mana perginya BP Batam? Apa yang dilakukan DLH Batam? Dan mengapa Komisi III DPRD Kota Batam — yang seharusnya menjadi garda pengawas — seolah memilih bungkam?.
BP Batam dan DLH diam atau terlibat?
sebagai otoritas utama dalam pengelolaan lahan di Batam, BP Batam memiliki kewenangan sekaligus tanggung jawab mutlak. Namun fakta di lapangan menunjukkan pembiaran terhadap praktik pengerukan dan penimbunan lahan ilegal yang bahkan dilakukan di luar koridor AMDAL.
DLH Kota Batam juga seolah hanya berfungsi sebagai stempel birokrasi. Mana pengawas terhadap lingkungan? Mana penegakan sanksi terhadap pelaku perusak alam?.
DPRD Komisi III Pengawas yang Mandul.
Komisi III DPRD Kota Batam yang membidangi infrastruktur dan lingkungan justru seperti kehilangan taring. Di tengah jeritan warga Batuaji, Komisi III terkesan lebih sibuk dengan rapat – rapat formalitas ketimbang turun langsung dan bersuara lantang menghentikan kerusakan.
Warga Jadi Korban, Mafia Cut and Fill tertawa yang menanggung beban atas semua kelalaian ini adalah warga. Banjir tahunan kini berubah menjadi bencana mingguan. Akses jalan lumpuh, rumah- rumah terendam, dan anak – anak mandi di kubangan lumpur — sebuah simbol menyedihkan dari ketidakadilan ekologis.
Sudah saatnya publik bersuara. Sudah waktunya penegakan hukum dilakukan dengan tegas. Jika BP Batam, DLH, dan DPRD Komisi III tetap memilih diam, maka mereka bukan sekedar lalai — mereka turut serta dalam kejahatan terhadap lingkungan dan rakyat Batam. (Yanto Gultom)
Komentar