APB : Pasien Harus Pinter Dalam Memilih Macam Pengobatan Alternatif

daerah16,868 views

Detik Bhayangkara.com, Situbondo – “Quality Not Quantity” itu kalimat yang dipegang oleh Angga Praja Buana. Pria asli Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur yang sudah kesehor seentaro jagat karena keahliannya mengobati pasiennya dengan jalan dipijit syarap.

Ditempat prakteknya diRaya Kendit, Karang Polo, Bugeman, Kec. Kendit, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, awak media mendapat kesempatan eksekutif wawancara dengan Angga Praja Buana (APB).

Pria yang akrap disapa Mas Angga menjelaskan, saya mulai bisa terapi pijat ini sejak tahun 2013.

“Sejak tahun 2013 saya sudah dapat melakukan terapi ini. Keahlian ini saya dapat dari bapak mertua saya Suwiryono yang orang orang biasa manggil Pak Yon. Kalau dihitung saya sudah nerapi pijit ini sudah 9 tahun lamanya. Sedang bapak mertua saya Pak Yon mulai sejak tahun 1995 sudah nerapi para pasien,” ucapnya, Selasa (1/11/2022).

Angga Praja Buana (kiri) Bersama Kang Rudi.S (kanan)

“Saat bapak mertua saya Sedo (meninggal, istilah red) tahun 2015, saya mulai sendiri tepatnya tanggal 14 Desember. Dulu ya nggak ada pasiennya. Terus saya merintis sendiri mulai ada pasien satu orang, dua orang, sepuluh orang dan dalam waktu sekitar 3 bulan sudah mulai ramai ada tiga puluh pasien. Dalam metode pengobatan saya selalu mengedepankan data medis, jadi alternatip yang dulunya identik dengan klenik ataupun mistis kita rubah menjadi alternatip yang keren,” ujarnya.

Kedua yakni merubah mindset seseorang tentang pengobatan alternatif yang tradisional yang selalu ndeso dari dulu kan, apa pengobatan alternatif, apa pengobatan tradisional..!! Dengan adanya pengobatan Angga Praja Buana ini secara nggak langsung sosok pengobatan alternatip se-Indonesia ini terangkat. Tarap hidupnyapun terangkat, perekonomianpun terangkat, dan bisa dilihat ketika mengetik pengobatan alternatif orang yang akan keluar siapa.

“Bagi saya tidak ada masalah sama sekali, tidak kayak lainnya ketika ada yang baru selalu dianggap saingan, no…saya anggap orang orang yang punya kemampuan yang penting bisa menolong orang bagus karena kita sendiri tidak bisa mengcover semua orang, dengan makin banyaknya orang seperti saya maka akan semakin banyak orang yang tertolong dalam artian dia yang mempunyai keahlian bukan memanfaatkan kondisi pasien ataupun tebak tebakan intertain doang,” tegasnya.

“Selain itu di instagram saya mengaploud di medsos testimoni, tidak saya tutupi karena itu real..orang orang bisa langsung tanya kemereka bukan data orang yang saya tutupi. Saat saya coba praktek di Jember yakni program punya anak dalam waktu sehari sudah ada yang daftar sampai 3000 pasien lebih yang pingin punya anak. Sedangkan saat praktek dirumah saya di Kendit sebelum ada aturan sehari pendaftarnya bisa 2000 sampai 3000 pasien yang antri bahkan antrianya sampai 4 km. Karena begitu membeludak maka saya bikin aturan untuk membatasi jumlah pasien disesuaikan dengan jam kerja saya,” pungkasnya (Bersambung). (RD)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *