Detik Bhayangkara.com, Kediri Raya- Tragedi “Perkosaan Mental” terhadap masyarakat dusun Bedrek Selatan desa Ngrogol Kecamatan Ngrogol Kediri sudah jadi tranding topik Nasional.
Kasus yang bermula semenjak adanya Tim 9 bentukan Pemkab Kediri, dan di Komandani oleh Sukadi, SE. MM turun ke masyarakat untuk memaksa dan intimidasi serta meneror masyarakat agar mau menjual rumah dan lahannya ke Pemda, meski harganya rendah.
Segala cara dan jurus dipakai yang penting masyarakat terdampak bandara yang belum mau menyerahkan rumah dan lahannya bisa menyerah, sehingga bersedia menjual rumah dan lahannya.
Masa kontraknya Tim 9 dengan Gudang Garam dalam proses pembebasan lahan bandara per 20 desember kemarin habis, namun masyarakat dusun Bedrek Selatan Desa Grogol Kediri masih merasa trauma dengan intimidasi yang dilakukan Sukadi bersama pengawalnya.
Demi mengeruk keuntungan pribadi dan kelompoknya dalam pembebasan lahan bandara, Sukadi bersama pengawalnya melakukan intimidasi pada masyarakat dusun Bedrek Selatan terdampak Bandara.
Bahkan, karena takutnya terhadap intimidasi dan teror itu, warga Bedrek setiap malam melaksanakan ronda selama empat bulan, untuk menjaga jangan sampai ada salah satu warganya didatangi sukadi.
Menurut Yoni yang akrap disapa Yon Madu mengatakan, meski sekarang Tim 9 sudah bubar, namun masyarakat masih tetap waspada, karena intimidasi dan teror yang dilakukan itu masih menyisakan trauma berat pada warga Bedrek.
”Memang sudah bisa tidur nyenyak, tapi kita tetap selalu waspada mas, kita masih trauma, kalau sekiranya ada orang asing yang mencurigakan gelagatnya dan mendatangi rumah warga, semua warga segera datang untuk menghadapinya,” tegas Yoni.
Teror dan intimidasi yang dilakukan oleh Sukadi tidak hanya menyasar pada warga petani kecil saja, akan tetapi Sukadi juga mengancam akan memindah YA (45) dan Drs.Shl (52) keduanya ASN guru SMP, akan dipindah ke Papua bila mereka tidak mau melepas rumah dan lahannya kepada Tim 9.

” Kasihan bu guru dan pak guru itu mas.. , diancam oleh Sukadi akan dipindah tugaskan ke Papua jika rumah dan lahannya tidak dilepas kepada tim 9. Karena sudah tidak kuat dengan teror dan ancaman, akhirnya keduanya menyerah, ” Ucap ulama sepuh Dusun Bedrek kepada awak media, jum’at (27/12/2019)
Setelah kedua ASN guru tersebut menyerah kepada tim 9, namun belum sempat diproses jual beli oleh Sukadi, keburu terbongkar oleh wartawan, proses jual beli itu berhenti.
”Setelah muncul berita di media masa, tim 9 menghilang, proses jual beli dengan kedua guru SMP itu mandek, Sukadi dihubungi di telpnya sudah tidak bisa, akhirnya mereka berdua menarik kembali tidak mau menjual kepada Sukadi, ” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Kendor dan Yunarno yang rumahnya terdampak bandara mengatakan, sejak kasus teror dan intimidasi oleh Tim 9 diberitakan media Detik Bhayangkara dan Pledoi. Co, orang-orang yang biasa menakuti warga menghilang semua, padahal sebelumnya setiap hari berseliweran menakuti warga.
“Alhamdulillah, sejak suratnya pak Sur dan Mas Isfauzi Nugroho dikirimkan kepada Bapak Presiden Jokowi dengan tembusan ke Pak Kapolri, Komnas HAM, Pangdam, Kapolda, Propam Polda Jatim, Kapolres Kediri Kota, keadaan langsung berubah total, ini kan sudah kelihatan siapa yang main-main disitu,” katanya.
Masyarakat terdampak proyek bandara juga mempertanyakan uang selisih yang jumlahnya sangat besar, karena Sukadi membeli dari warga hanya Rp 10,5 juta /ru, menjualnya ke Gudang Garam Rp 15,4 juta / ru.
” Uang selisih itu siapa yang pegang… Ini harus dilacak dan diusut sampai aktor intelektualnya. Hukum jangan dibuat mainan dan alat untuk manakuti masyarakat kecil…. Hukum jangan tajam kebawah dan tumpul keatas,” beber Kendor.
Masyarakat itu mendukung proyek bandara,” tapi jangan mempermainkan harga, biar Gudang Garam saja yang membeli, kalau dibeli oleh Pemda masyarakat sudah trauma,” pungkasnya.
(Rs’08)












